Terlahir dari keluarga yang sederhana membuat saya
terbiasa dengan kondisi-kondisi yang tidak terduga. Semua pada awalnya terasa
baik-baik saja, sampai saat Papa sakit semuanya menjadi terasa lebih berat,
beberapa kali saya terancam putus sekolah. Namun, untuk masalah pendidikan orangtua
saya akan berusaha sekuat mungkin untuk menjamin pendidikan anaknya. Saya
merupakan anak sulung dari Mama dan Papa, namun sebelum menikah keduanya telah
mempunyai masing-masing satu anak. Dengan kondisi keluarga saya saat ini, bagi Mama
dan Papa saya adalah satu-satunya harapan yang mereka miliki, karena kedua
kakak saya masing-masing sudah menikah dan sibuk mengurusi keluarganya sendiri,
sementara kedua adik saya masih sangat kecil. Sejak saya masih di bangku Madrasah
Tsanawiyah Mama dan Papa yang hanya lulusan SMA sering kali berkata : “Nak,
maaf kami tidak bisa membekalimu banyak harta, namun kami akan berusaha agar
dapat membekalimu ilmu yang banyak.” Satu hal lagi yang mereka katakatan dan
selalu saya ingat “Nak, harta benda itu bila berjumlah banyak akan
memberatkanmu, tetapi ilmu itu tidak.”. Faktanya memang benar, selama ini
fasilitas yang saya dapatkan dari orangtua saya tidak pernah semewah yang
teman-teman saya dapatkan. Namun, tekad mereka dalam memberikan pendidikan
terbaik bagi anaknya sangatlah kuat. Sejak saat itulah saya menjadi orang yang
menaruh pendidikan di prioritas utama setelah keluarga. Itu juga menjadi salah
satu alasan saya bercita-cita ingin menjadi dosen.
Berkaca dari kehidupan
pribadi saya dan orang-orang sekitar, bagi saya pendidikan merupakan salah satu
faktor utama yang menentukan kesejahteraan hidup seseorang, bahkan suatu
bangsa. Demi menyelesaikan sebuah misi mencerdaskan kehidupan bangsa, selain
ingin menjadi dosen saya juga bercita-cita ingin membangun sebuah yayasan yang
bergerak dalam bidang sosial pendidikan. Dimana yayasan tersebut berbentuk
sekolah gratis yang akan menjamin pendidikan serta kehidupan sehari-hari mereka
yang ingin namun tidak mampu menyentuh pendidikan formal.
Saya
sadar bahwa dalam mencapai kedua hal tersebut tidaklah mudah. Suatu hasil yang
baik tidak didapatkan dengan cara tidur, malas, dan mengeluh. Untuk mencapai
hal tersebut diperlukan usaha serta tekad yang kuat. Usaha yang telah saya
lakukan yaitu dintaranya menjadi warga negara yang baik, hamba yang ta’at,
belajar dengan sungguh-sungguh, ikut andil dalam kegiatan-kegiatan sosial,
serta berani mengambil peran mulai dari ranah organisasi hingga kegiatan
perlombaan yang melahirkan sebuah gelar juara, selain itu saya juga menjadi tim pengajar tahsin
dan bahasa Arab lembaga pendidikan Qashwa Bandung. Menurut saya dalam upaya
mencapai kedua hal yang saya cita-citakan tersebut, menjadi pemimpin bagi diri
sendiri tidaklah cukup. Untuk itu dalam setiap kesempatan yang dapat saya
ambil, aktif dan berperan penting dalam suatu organisasi atau kepanitiaan
menjadi suatu training bagi diri saya sendiri dalam mempersiapkan masa depan yang
saya inginkan. Menjadi pemimpin berarti menentukan dan membawa diri sendiri
serta orang yang dipimpin ke arah yang lebih baik sesuai dengan rencana yang
telah dibuat. Oleh sebab itu, dalam mencapai suatu tujuan diperlukan suatu
manajemen kepemimpinan yang baik.
Selain
upaya yang dilakukan oleh diri sendiri, faktor eksternal juga berpengaruh
signifikan dalam sukses tidaknya suatu rencana. Dukungan dari orang-orang
terdekat seperti orangtua, keluarga besar, teman, sahabat, bimbingan guru
sangat diperlukan dalam hal ini. Namun, dukungan finasial juga merupakan faktor
yang cukup berpengaruh. Untuk itu, dengan mendaftar sebagai pengaju Beasiswa
Bazma Pertamina ini, saya harap dapat membantu mempermudah saya menyelesaikan
misi mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya berharap Beasiswa Bazma Pertamina ini mampu membantu saya dalam menyelesaikan masalah finansial.